kenapa aku nolak Syi’ah? (ajakan untuk kembali pada As-Sunnah)
May 4, 2008 § 41 Comments
“Ketahuilah, sesungguhnya orang-orang sebelum kamu dari ahi kitab telah berpecah-belah menjadi tujuh puluh dua golongan. Dan sesungguhnya agama ini akan terpecah menjadi tujuh puluh tiga golongan. Tujuh puluh dua golongan tempatnya didalam neraka dan satu golongan di dalam surga, Yaitu al-Jama’ah” (Hadits Hasan riwayat Ahmad). Dalam riwayat lain disebutkan, “Semua golongan tersebut tempatnya di Neraka, kecuali satu (yaitu) yang aku dan para sahabatku meniti di atasnya.” (Hadits hasan riwayat At-Tirmidzi)
Semangat Ahmadinejad, presiden Iran, dalam menyemangati dunia Islam untuk menghadapi Israel dan AS begitu menggebu. Dengan berani ia menyatakan bahwa Israel hendaknya dihapus dari peta dunia. Program nuklirnya yang jalan terus di tengah ancaman AS menambah simpati.
Sempat beredar SMS untuk mendukung Ahmadinejad di negeri ini kala ia melawat berpidato di kampus-kampus. Juga ternyata sudah banyak blogger Syi’ah di Indonesia.
Belum sampai 30 tahun yang lalu, dunia Islam juga merasakan hembusan semangat dari Iran. Revolusi Iran ala Khomeini yang menggulingkan Shah Reza Pahlevi disambut gempita umat Islam.
Saat ini, hal itu hampir terjadi lagi dengan sepak terjang Ahmadinejad. Umat Islam yang masih awam dengan Syi’ah, menganggap semangat Iran sebagai semangat Islam. Padahal jauh sekali antara Islam dan mereka. Ini tak lain karena mereka adalah Syi’ah, sebuah aliran/madzhab yang berbeda dengan Ahlussunnah Wal Jama’ah yang merupakan ajaran murni dari Islam yang diajarkan oleh Rasulullah SAW.
Agama negara Iran saat ini adalah Syi’ah Itsna Asy’ariyah, hal ini tercantum dalam konstitusi yang mereka pakai sejak Revolusi Khomeini hingga saat ini, “Agama resmi Negara adalah madzhab Itsna Asy’ariyah. Dan pasal ini tidak boleh diubah.”
Syiah Itsna Asy’ariyah…
Syi’ah Iran disebut Itsna Asy’ariyah karena mereka mengaku mempunyai imam sebanyak 12 orang dari kalangan ahlul bait. Karena itu mereka juga disebut Syi’ah 12 Imam atau Syi’ah Imamiyah. Imam mereka yang terakhir, Muhammad Mahdi bin Muhammad Al-Askari, menurut mereka, menghilang untuk sementara waktu pada usia 5 tahun ke dalam sebuah gua di Sammara (sebuah kota di Irak dekat sungai Tigris, arah utara dari Baghdad), dan akan kembali pada akhir dunia sebagai Imam Mahdi.
Syi’ah saat ini juga disebut sebagai Rafidhah. Ada beberapa pendapat sebab penamaan ini…
Ada yang mengatakan mereka dinamakan Rafidhah, karena mereka menolak Zaid bin Ali bin Husein bin Ali bin Abi Thalib yang mengatakan bahwa Abu Bakar dan Umar bin Khattab adalah sahabat kakeknya (maksudnya adalah sahabat Rasulullah SAW), dan bahwa Zaid setia kepada keduanya. Ada yang mengatakan mereka dinamakan dengan Rafidhah, karena mereka menolak keimaman (kepemimpinan) Abu Bakar dan Umar. Dikatakan juga, mereka disebut dengan Rafidhah karena mereka menolak agama (Islam).
Sejarah Munculnya…
Paham Syi’ah berawal dari Abdullah ibn Saba’. Ia adalah seorang Yahudi dari Yaman yang masuk Islam pada masa Khalifah Utsman bin Affan. Semasa Yahudi, ia mendapatkan cerita bahwa Yusya’ bin Nun mendapatkan wasiat kepemimpinan dari Nabi Musa as. Karena itu, ia pun mengatakan, dalam Islam, Ali bin Abi Thalib juga mendapatkan wasiat kepemimpinan dari Rasulullah SAW untuk menggantikan Beliau SAW. Kemudian ia pun mengecam khalifah sebelum Ali : Abu Bakar, Umar, dan Utsman, serta beberapa sahabat yang memihak mereka.
Perbuatannya itu ia katakan berdasar perintah Ali. Terhadap kedustaan ini, Abdullah bin Saba’ dihadapkan kepada Ali. Ali menjatuhkan hukuman mati atas Ibn Saba’. Namun karena ada yang menasehati Ali agar orang itu tidak dibunuh (dalam Islam, tidak boleh serta merta membunuh orang yang melakukan khilaf), maka Ibn Saba’ pun dibuang ke Madain, ibukota Iran waktu itu.
Saat Ibn Saba’ tiba di Madain, terdengarlah berita kematian Ali. Ibn Saba’ menolak wafatnya Ali, “Aku sendiri menyatakan ia tidak tewas. Ali tidak akan wafat. Tidak akan terbunuh sebelum ia dapat menguasai seluruh permukaan bumi ini.”
Mulailah Ibn Saba’ merajalela. Ia mengatakan Ali tidak terbunuh karena pada diri Ali terdapat unsur Ketuhanan. Menurutnya, Ali sering menjelma dalam bentuk awan. Guruh adalah suaranya, petir adalah cemetinya. Ibn Saba’ pun mempunyai pengikut yang terus mengembangkan pahamnya hingga terkenal menjadi Syi’ah.
Imamah…
Imamah atau kepemimpinan Islam merupakan doktrin utama Syi’ah. Ini adalah prinsip utama mereka sejak masa Ibn Saba’. Syi’ah Imamiyah berkeyakinan bahwa Allah telah memerintahkan kepada Nabi Muhammad SAW untuk menunjuk Ali dan mengangkatnya sebagai pemimpin umat manusia (khalifah) setelah Beliau SAW. Untuk mendukung keyakinan mereka, mereka mengarang cerita palsu bahwa sepulang dari Haji Wada’, Rasulullah SAW mewasiatkan kepemimpinan Islam kepada Ali di tempat yang bernama Ghadir Kum. Mereka kemudian meyakini setiap imam mereka pun mewasiatkan kepemimpinan pada imam berikutnya.
Seorang ulama Syi’ah, Muhammmad Al-Husein Ali Kasyiful Ghitha’ dalam bukunya, Ashlusy-Syi’ah wa Ushuuluha berkata, “Arti Imamah, telah saya jelaskan, bahwa hal ini (imamah) merupakan dasar utama yang hanya dimiliki oleh Syi’ah Imamiyah dan menjadikan Imamiyah berbeda dari aliran-aliran dalam Islam lainnya.”
Berkaitan dengan masalah imamah ini pula, saudara Syi’ah kita menuduh Al-Quran yang ada sekarang ini telah diubah. Mereka menganggap ayat-ayat yang berhubungan dengan kepemimpinan Ali telah dihapus. Mereka sendiri mengaku punya Mushaf Fathimah yang tebalnya 3 kali Al-Quran.
Padahal dalam Allah SWT berfirman bahwa Qur’an selalu terjaga keasliannya, “Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al-Qur’an, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya” (Q.S. Al Hijr : 9)
Aqidah Syi’ah tentang Imam Mereka…
Khomeini dalam bukunya, Al-Hukumah Al-Islamiyah, berkata, “Setiap imam memiliki martabat yang tinggi dan terpuji. Kekuasaannya meliputi molekul dan atom di alam ini… Jangan kita bayangkan para imam itu bisa lupa atau lalai… Sudah menjadi keyakinan kita bahwa para imam itu menempati martabat yang tidak dijangkau oleh para Malaikat yang didekatkan ataupun para Nabi yang diutus.”
Ibrahim Al-Amili, ulama Syi’ah zaman ini, bersyair tentang Ali, “Abu Hasan, engkaulah hakikat Tuhan (yang diibadati) dan alamat kekuasaan-Nya yang tinggi. Engkaulah yang menguasai ilmu ghaib. Maka mungkinkah tersembunyi bagimu akan sesuatu yang hasul? Engkaulah yang mengendalikan poros alam.
Bagimu para ulamanya yang tinggi. Bagimu amar (urusan) bila engkau menghendaki. Kau menghidupkan besok. Bila engkau menghendaki kau cabut (nyawa dari) ubun-ubun.”
Dengan keyakinan bahwa imam mereka lebih tinggi dari Malaikat dan para Nabi serta mempunyai unsur tauhid, jelaslah aqidah mereka adalah aqidah yang salah.
Bertolak belakang dengan, “…dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia” (Q.S. Al Ikhlas : 4)
Pelacuran Atas Nama Nikah…
Saudara Syi’ah kita juga mempunyai nikah mut’ah alias kawin kontrak. Nikah mut’ah dilakukan antara sepasang laki-laki dan perempuan untuk beberapa waktu tertentu dengan imbalan tertentu dari pihak laki-laki kepada si perempuan tanpa wali, tanpa talak, tanpa waris-mewarisi dan tidak terbatas pada jumlah perempuannya.
Syi’ah mengatakan bahwa mut’ah boleh dilakukan terhadap wanita Nasrani, Yahudi, dan Majusi. Ulama Syi’ah, Ath-Thusi, dalam Tahdzibul Ahkam, berkata, “Boleh dengan wanita pelacur, karena itu dapat mencegah dari berbuat dosa.” Khomeini dalam Tahrirul Washilah berkata, mut’ah boleh dilakukan dengan wanita pezina.
Yang tak kalah membuat hati saya tergores, Syi’ah membolehkan menyetubuhi wanita dengan anal. Tercantum dalam kitab Syi’ah, Al-Istibshoor, dari Ali bin Al-Hakam ia berkata, “Saya telah mendengar Shofwan berkata, ‘Saya telah berkata kepada Al-Ridha, ‘Sesungguhnya seorang laki-laki dari budak-budakmu memerintahkan saya untuk menanyakan kepadamu akan suatu masalah, maka dia takut dan malu kepadamu untuk menanyakannya.’ Ia berkata, ‘Apa itu?’ Ia berkata, ‘Apakah boleh bagi laki-laki untuk menyetubuhi wanita (istrinya) di lubang anusnya?’ Ia menjawab, ‘Ya, hal itu boleh baginya.’”
Pandangan Syi’ah terhadap Selainnya…
Saudara Syi’ah kita memandang orang selain Syi’ah adalah kafir. Kamil Sulaiman dalam Kitabu Al-Khalash fi Zhilli Al-Qaim Al-Mahdi berkata, “Siapa yang meyakini para imam dua belas adalah orang beriman, dan siapa yang mengingkari mereka adalah orang kafir.”
Yusuf Al-Bahrani, ulama Syiah abad XVII, berkata, “Tidak ada beda sama sekali antara orang yang kafir kepada Allah dan Rasul-Nya dan kafir terhadap para imam.”
Seorang ulama Pakistan, Syaikh Abdul Qadir Azad, yang Ahlussunnah, pernah mendatangi undangan Iran dalam perayaan 3 tahun revolusi Iran. Ia bercerita, “Pada saat itu kami menyaksikan poster-poster besar terpampang di dinding-dinding Hotel Hilton Teheran, dengan tulisan ‘Kita akan membebaskan Ka’bah, Baitul Maqdis, dan Palestina dari belenggu kaum kuffar.’” Sudah jelas yang menguasai tempat-tempat itu sekarang bukan saudara kita, Syi’ah.
Taqiyah…
Lalu mengapa mereka seakan-akan sama dengan umat Islam? Ini tak lain karena mereka mempunyai paham taqiyah.
Taqiyah menurut Syi’ah didefinisikan oleh salah seorang ulama mereka, Muhammad Jawaad Mughniyah, sebagai, “Taqiyah yaitu kamu mengatakan atau melakukan (sesuatu), berlainan dengan apa yang kamu yakini; untuk menolak bahaya dari dirimu atau hartamu atau untuk menjaga kehormatanmu.”
Al-Kulaini menukilkan di Ushul al-Kafi, kitab Syi’ah, “Berkata Abu Abdillah, ‘Wahai Abu Umar, sesungguhnya sembilan per sepuluh (sembilan puluh persen) agama ini terletak pada taqiyah, dan tidak ada agama bagi orang yang tidak melakukan taqiyah.’”
Maka saudara Syi’ah kita memandang taqiyah adalah wajib, tidak akan berdiri mazhab mereka kecuali dengan taqiyah. Mereka selalu melaksanakan taqiyah, terlebih-lebih, bila kondisi yang sulit telah mengepung mereka. Jadi tak heran jika saat ini mereka tampak bersama umat Islam dan tak mengusik umat Islam. Jika kesempatan telah terbuka bagi mereka, tentu yang terjadi adalah lain.
Di Indonesia, terdapat pula orang atau lembaga yang cenderung kepada Syi’ah. Penerbit Mizan misalnya (novel Diorama Sepasang Albanna untungnya nggak menjurus ke Syi’ah… Alhamdulillah!!), beserta anak perusahaannya, adalah penerbit yang intens menerbitkan buku-buku Syi’ah. Ada juga Pesantren YAPI yang juru dakwahnya tersebar di hampir setiap kota di Indonesia. Saat ini ada pula IJABI atau Ikatan Jama’ah Ahlul Bait yang juga tersebar perwakilannya di kota-kota besar.
Dengan mengetahui akidah, pemikiran, dan syariah Syi’ah… wajar kalo aku nolak paham kayak gitu. Di Jakarta pernah diadain seminar nasional tentang Syi’ah yang menghasilkan usulan pada pihak pemerintah untuk mewaspadai dan memberi gelar paham ini sebagai paham terlarang.
Dengan postinganku ini, semoga sepak terjang Ahmadinejad nggak bikin kita lupa tentang aqidah Islam yang sebenernya berbeda dari aqidah saudara Syi’ah kita yang berbeda dari Islam sesungguhnya, yaitu Islam yang diajarkan oleh Rasulullah SAW dan diteruskan oleh ulama-ulama salaf (baca postingan Akhi Adi Jaya, Lc., kenalanku yang lulusan Fakultas Ushuluddin Al-Azhar University, Cairo tentang Ahmadiyah dengan klik di sini. Mungkin agak OOT, tapi coba pahami bagaimana pemikiran Salafnya seorang lulusan Andonesy Azhariyyin yang kuliah di Universitas Islam tertua di dunia yang Ahlussunnah Wal Jama’ah, dan sudah bersih dari paham Syi’ah sejak paham itu diketahui menyimpang dari aqidah Islam pada abad pertengahan, meskipun yang membangun pada awalnya adalah golongan Syi’ah Ismailiyyah).
Kita emang harus meng-counter serangan Israel dan AS dalam perusakan dan kerusakan aqidah generasi muda (mungkin termasuk aku juga yang masih suka main game-game dari AS 😆 ). Tetapi ingat, bukan dengan cara brutal seperti merusak sana sini dan bom bunuh diri. Gerakan boikotan terhadap barang produksi AS sangat bagus untuk yang haram, tetapi untuk barang yang halal sekaligus bermanfaat tetap dibolehkan. Contohnya PC/laptop, kan kita nggak bisa bikin sendiri. Juga karena Rasulullah SAW sendiri pernah membeli barang dari orang Yahudi, karena hukum jual beli itu adalah mubah (boleh) jika barangnya halal.
Dalam postingan ini, aku nggak mau bilang mereka kafir atau murtad karena aku nggak berhak meng-kafir-kan, perkaranya berat. Aku nggak membenci Ayatollah Khomeini beserta penerusnya, juga Mahmoud Ahmadinejad. Aku emang menghormati para Ahlul Bait juga, tapi aku nggak menyamakan mereka seperti Rasulullah SAW dan aku nggak membenci/mengkafirkan Khulafaur Rasyidin (Abu Bakar as Siddiq, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib) seperti yang dilakukan kebanyakan saudara Syi’ahku, karena Rasulullah SAW mencintai mereka semua sebagai sahabat-sahabat yang paling dekat dan paling kuat Islamnya. Tetapi saudara Syi’ahku terlalu mengagungkan Ali bin Abi Thalib ra. Padahal beliau sama derajatnya dengan tiga sahabat Rasulullah SAW yang terpilih sebagai Khulafaur Rasyidin (Generasi Terbaik dari Islam), dimana Ahlussunnah Wal Jama’ah selalu mendo’akan dan menyanjung mereka semua karena Islamnya sempurna.
Inget, postingan ini nggak bermaksud menghujat atau mencaci. Aku cuma ngasih komentar dan jawaban terhadap propaganda mereka yang salah, terutama yang ada di dalam dunia blog Indonesia, berdasarkan Ahlussunnah Wal Jama’ah yang telah aku sepakati sebagai manhaj yang benar dalam Islam. Tapi , kebenaran tetap kembali pada Allah SWT dengan hamba-Nya yang mengikuti Qur’an dan Hadits.
Ingatlah akhi dan ukhti yang aku cintai karena Allah. Allah akan selalu bersama kita, insan yang menegakkan Islam dengan kembali pada Al-Qur’an dan As-Sunnah. Janganlah kita bersedih dan patah semangat saat Islam dilecehkan maupun dihujat, balaslah mereka dengan lemah lembut dan dengan narasumber Qur’an dan Hadits yang indah. Rasulullah SAW tidak pernah berbuat kasar dan kejam terhadap musuh-musuh Islam, bahkan terhadap orang-orang yang ingin membunuh Beliau SAW.
Islam adalah agama yang cinta damai, menghormati segala agama dan perbedaan paham. Tetapi Islam harus melakukan konfirmasi secara sungguh-sungguh (bukan dengan kekerasan dan demonstrasi, apalagi bila ada akhwat yang ikut berdemo… padahal akhwat itu harus menjaga dirinya agar tidak menjadi tontonan) apabila Islam dilakukan sewenang-wenang atau disalah-artikan secara aqidah seperti apa yang dilakukan saudara Syi’ah kita. Tapi aku yakin kok, saudara Syi’ah kita bisa kembali pada Islam yang sesuai dengan ajaran Rasulullah SAW, yang disebut “Jama’ah” oleh Beliau SAW dalam hadits di atas.
Jazakumullahu khairan katsirah…
P.S. :
Postingan ini diunduh dari berbagai sumber di link Islamic website dan Inspiration punyaku. Ati-Ati lho, jangan terpancing tuduhan Wahabi yang dipropagandakan Saudara Syi’ah kita beserta pendukungnya, tanpa mengetahui dengan jelas sumbernya. Coba dicari referensinya di link muslim.or.id tentang Wahabi. Aku hanyalah Ahlussunnah Wal Jama’ah yang ngikuti Al-Qur’an dan Al-Hadits beserta petunjuk ulama-ulama salaf yang aqidahnya murni. Nggak ikut ormas atau orpol manapun, ikutnya ya Himpunan Mahasiswa Teknik Lingkungan dan Ikatan Mahasiswa Teknik Lingkungan Indonesia aja. Atau dengan klik di sini. Juga dari buku “Dialog Apa dan Siapa Syiah?” Juga situs hakekat.com yang mengulas tuntas tentang Syi’ah.
‘Abdullah bin Mas’ud menjelaskan…
Bahwa nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam membuat satu garis dengan tangannya lalu bersabda “ini jalan Allah ‘Azza wa Jalla yang lurus”, lalu beliau membuat garis-garis dikanan kirinya, kemudian bersabda, “ini adalah jalan-jalan yang sesat tak satupun dari jalan-jalan ini kecuali didalamnya terdapat setan yang menyeru kepadanya.” Selanjutnya beliau membaca firman Allah ‘Azza wa Jalla, “dan bahwa (yang Kami perintahkan ini) adalah jalan-Ku yang lurus maka ikutilah dia janganah mengikuti jalan-jalan (yang lain) karena jalan itu menceraiberaikan kamu dari jalan-Nya yang demikian itu diperintahkan oleh Allah ‘Azza wa Jalla kepadamu agar kamu bertaqwa (Qs. Al-an’am153)”. (Hadits shahih riwayat Ahmad dan Nasa’i).
“Semua golongan tersebut tempatnya di Neraka, kecuali satu (yaitu) yang aku dan para sahabatku meniti di atasnya.” (HR. At-Tirmidzi, dan di-hasan-kan oleh Al-Albani dalam Shahihul Jami’ 5219)
Referensi terkait (offline) :
Di Antara Aqidah Syi’ah, Abdullah bin Muhammad As-Salafi.
Hakikat Syi’ah, Dr. Abdullah Muh. Gharib, Prof. Dr. Ihsan Ilahi Dzhahir, Syaikh Abul Hasan An-Nadwi, Syaikh Muhammad Abdul Qadir Azad
As-Sunnah, Edisi 16/Th ke-2
Mengapa Kita Menolak Syi’ah: Kumpulan Makalah Seminar Nasional tentang Syi’ah, Irfan Zidny, M.A. oleh LPPI
Salam
Udah sering sih baca yang seperti ini, yang penting mari kita sama-sama menghargai sesama Muslim baik itu Sunni atau Syiah 🙂
*ngeliet foto Ahmadinejad*
aahh..
presiden iran itu salah satu idolaQ…
pemimpin yang begitu bersahaja dan rendah hati….
🙂
*mbaca postingan*
ghaniiii!!!!
puanjang buanget postingannya…
harus mikir lagi, mbacanya..
*lagi males mikir*
absen aja ya, dek..
😀
btw, klo masalah syi’ah.. g ikutan deh,,,
saya islam dan saya tak peduli dengan keislaman orang lain. saya ingatkan sekali itu sudah cukup. tiap orang punya pilihan. dan tiap pilihan memiliki konsekuensinya masing-masing.
Tambah ilmu. Thank’s.
Salam
Wah trims nie, jadi lebih banyak tahu, menurut antum sebanding ga antara syiah dan ahmadiyah (kan sepertinya ada perbedaan mendasar dari segi aqidah), maksud gw apakah keduanya bisa tergolong pada kaum yang dianggap atau diduga “mengacak-ngacak ajaran agama islam” sehingga kmdn khususnya di Indo diusukan sebagai ajaran yang terlarang?.
Ehmmmmmm, makasih postingannya 🙂
sebuah tambahan pengetahuan
salut dik! 🙂
sejak kapan surga dan neraka jadi komiditi dagang (ga nyambung yaa)
sejak kapan pula kebenaran menjadi hal yang mutlak bagi satu pihak saja? selayaknya kita pahami kalau mereka adalah mereka yang berbeda dalam segala hal….
Tapi…
Harus diakui, bahwa selagi umat Islam di luar syiah itu sibuk berantem sesama mereka sendiri, Iran dengan Syiah-nya lebih vokal dalam menyuarakan pembangkangan terhadap dominasi pemerintahan neo kolonial seperti AS, Jepang, Inggris itu…
Dimana umat muslim non-syiah, saudara? 😐
wah, seru nih…
perseteruwan abadi 😕
yang penting kita saling menghargai..
Yang jelas kita harus selalu fisabilillah 🙂
Menurut antum, bagusan mana, Presiden Iran atau Presiden Amerika Serikat sekarang?
(Jangan menjawab Lebih Bagus Rasulullah, karena itu memang tidak perlu diperdebatkan)
salam…
wah, jalan antum lurus ya?…hati-hati, kalo lurus terus ntar bisa ngantuk..nabrak deh..
tapi salut juga buat antum, antum sudah bisa membedakan mana yang menurut antum bakal masuk surga, mana yang neraka..
ntar surga bakalan sepi donk…
assalamualaikum..
mas bisa di buat referensi u/ tulisan anda
wassalam
http://alsofwah.or.id/?pilih=lihatakhbar&id=754
IRAN Semakin Mesra Dengan Para Tokoh Agama Yahudi, Ada Apa?
Bagaimana tanggapan antum tetang alamat diatas
Thanks ya Informasinya
sejak kapan Anda diberikan otoritas untuk meluruskan aqidah saudara Syi’ah kita? Memangnya aqidah saudara Syi’ah kita itu bengkok, sehingga harus diluruskan? tulisan ini sarat pretensi dan tendensius…
sebenarnya ajaran syi’ah itu gak semuanya melenceng akidahnya…. memang banyak aliran syi’ah yang dalam hal akidah sudah melenceng jauh dari akidah ajaran islam. Tapi ada juga orang yang mengaku syi’ah tapi akidahnya masih lurus dan masih bisa digolongkan sebagai ahlussunnah wal jama’ah
wallahu’alam
Akhi mau tanya…Dalam ahlussunah sendiri ada beberapa kelompok (baca: Ormas) yg misalnya di indonesia ada NU dan MUhammadiyah. kedua golongan sering berbeda dalam keputusan keagamaan misalnya penentuan 1 Syawal, 1 Ramadhan, tata cara sholat jum’at,dsb. sedangkan kebenaran hanya ada 1.
pertanyanannya, apakah kedua golongan bisa sama2 dibenarkan. padahal dalam ibadah tidak boleh ada perbedaan. perbedaan penentuan 1 syawal misalnya, kan sangat fatal apabila terjadi perbedaan.Mohon penjelasan.
Aqidah itu bisa benar dan salah tergantung dari sudut mana kita berdiri memandangnya. Saya sendiri menolak paham-paham syiah dalam hal aqidah dan fiqih, misalnya.
Tapi itu tidak jadi alasan utk membenci. Bagi saya sederhana saja: selama syahadatnya masih benar, tak ada masalah besar.
Di bagian mananya Iran kurang sopan?
Karena membangun reaktor nuklir?
Negara2 maju kenapa boleh?
Atau karena menyelenggarakan kontes Holocaust?
Hahaha… paradoks demokrasi lagi. Sementara negara2 yang mengaku demokrasi boleh bikin kartun2 hujatan pada Islam, kenapa mereka menolak kebebasan orang juga untuk berekspresi?
Atau karena Iran anti-Amerika?
Sejauh yang saya tahu, yang dibenci oleh Iran terhadap Amerika adalah pemerintahannya, bukan warga negaranya keseluruhan.
Saya tidak setuju dengan kekerasan. Tapi kadang-kadang, saat terjadi penekanan, resistensi adalah reaksi yang wajar.
Masalah demonstrasi: saya heran kenapa banyak orang salafy menolak demonstrasi? Sejauh mana efiktifitas dialog dengan mengirim delegasi2 ?
Demonstrasi adalah salah satu sarana buat menekan.
Anda benar.
Tapi ingat: terkadang kekerasan dalam hal angkat senjata (apakah itu pedang atau pena) diperlukan untuk mempertahankan eksistensi. Tentu sebagai solusi akhir.
Islam bukan agama yang peace melulu, saudara. Peace tapi dibawah tekanan untuk apa?
Saya coba untuk mengerti 😉
Saya belum tau banyak tentang Syiah. Jadi, terimakasih atas infonya Ghan. No Comment lah about Syiah.
Tp, yang tentang boikot produk, pelarangan berdagang dengan orang yang jelas-jelas mendholimi saudara kita, hukumnya bisa jadi wajib. Mengapa? Karena keuntungan berdagang mereka bisa digunakan untuk mendukung kedholiman itu meski barang dan transaksi dagangnya secara format tetap halal.
wallahu a’lam
nice post..
sesama muslim.. mari, mari kembali pada islam yang sebenar2nya, yang berlandas pada al-Qur’an dan Hadist… mari bersatu..
yups.. jangan sampe sesama muslim berseteru, apalagi bunuh-membunuh..!
..psstt.. tapi, kabarnya “mereka” udah dicap bukan bagiyan dari muslim? 😕
Apa anda pernah berdiskusi dengan kalangan Syiah secara langsung?
Cobalah baca buku Mantan Menteri Agama RI Quraish Shihab: Sunni Syiah Bergandengan Tangan, Mungkinkah?
Buku itu bagus dan memberikan pemetaan sekte Syiah yang tidak monolitik dan penjelasan yang cukup obyektif..
Kapan2 saya resensi di blog saya.
Salam kenal.
ketidaktahuan adalah dosa yang paling banyak kita lakukan, nanti di alam sana tinggal cari alasan atas dosa ketidaktahuan itu. Dan Allah Maha Tahu kelebihan dan kelemahan ciptaanNya.
Orang buat benteng karena takut diserang, orang takut diserang karena punya banyak musuh, atau malah orang yang lagi nyari musuh? tulisan anda banyak bentengnya.
assalamu alaikum mas,
sepertinya (menurut saya yang awam ini) anda mengetahui banyak tentang syi’ah… tetapi sesuatu tidak akan kita ketahui dengan sempurna jika kita tidak berbicara langsung dengan yang kita hujat.
karenanya saya harap anda mau berdiskusi dengan blog yang terang-terangan mengaku syiah yaitu
http://****.wordpress.com
saya yang awam akan melihat apa klaim-klaim anda disini tentang syiah benar atau tidak? Karena kebenaran pasti akan tampak. Sudah terlalu sering saya melihat orang menghujat dan menuduh syiah tapi takut berhadapan langsung dengan mereka.
Contohlah Syaikh Ahmad Deedat yang Sunni itu, yang berani berdebat dengan kristen dan selalu menang karena Islam memang yang benar. Nah cobalah anda berdisikusi di blog milik syiah tersebut. saya yang awam ini akan melihat dan membandingkan hujah siapa yang lebih kuat dan ingin tahu apa benar syiah itu memang seperti yang anda tuduhkan !
mohon tulisan saya dimuat tanpa disensor, makasih
wassalam
aseli nih..
pusing.. pusing…
makannya, aku sih lebih mengedepankan bahwa kita sesama muslim mbo’ ya.. jangan betengkar… JANGAN BETENGKAR!!
😦 😦 😦
diskusi dengan memberikan referensi masing2 boleh2 aja… biar lah masyarakat yang menilai masing2.
Tapi diskusi lah dengan kepala dingin, gak dengan cara menghujat atau cara lainnya yang memicu perpecahan.. saling menghargai pendapat orang lain..
seperti yang aku bilang, agar kita sesama islam dapat selalu memperkuat ke-ISLAM-an kita semua.. tidak memperbesar perbedaan yang ada…
yang tua menghargai yang muda..
yang muda menghormati yang tua..
plis.. plis..
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Wah, nggak menduga postingan yang sebenernya untuk ngetes apakah sifat saudaraku di sana memang seperti apa yang dikatakan oleh para ulama dan untuk mengingatkan temen-temen sebayaku untuk berada dalam jalan Ahlussunnah dapet tanggepan macem-macem. Tak sedikit pula yang nyerocos dengan kata-kata tajam dan nggak sopan, juga dimuat tanggapan atas postingan ini segala. Padahal aku maunya postingan ini sebagai penyeimbang aja, biar nggak berat sebelah wacana yang ditulis saudaraku di sana. Karena saudaraku di sana juga menjelek-jelekkan Sahabat Rasulullah SAW, para ahlul hadits sahih, Imam Bukhari-Muslim, dan memakai cara licik untuk menjebak kita yang masih awam untuk masuk ke blog mereka dengan menggunakan nama yang mereka caci maki. Aku sengaja nggak memberikan link ke blog atau situs mereka agar tidak ada perdebatan sia-sia dengan mereka, because kita udah diingatkan berkali-kali sama ulama Ahlussunnah sejak terbongkarnya ketidakberesan mereka.
Kalo ada kata-kata yang buat anda nggak berkenan, mohon dimaafkan. Kita sama-sama belajar. Aku cuma mahasiswa juga. Aku kan udah bilang berkali-kali di postingan ini… Aku menghargai mereka juga kok, tapi itu tadi… aku pengen ini menjadi suatu penyeimbang karena ada temen-temen dan unsur Ahlussunnah Wal Jama’ah yang juga diserang saudaraku di sana. Padahal Ahlussunnah menghormati dan memuliakan semua Sahabat Rasulullah SAW tanpa kecuali, Ahlussunnah juga memuliakan dan mencintai Ali bin Abi Thalib ra. yang merupakan keponakan kesayangan Beliau SAW sebagai khalifah ke-empat.
Anggap ini sebagai penyeimbang, maaf juga aku menyensor link di sini, karena sebaik-baiknya umat Islam adalah menghindari perdebatan tiada berguna… apalagi dengan sesama Muslim. Kalo dengan yang non-muslim, itu terserah, lebih baik yang ilmu agamanya lebih kuat… bener kata akhi oRiDo.
Mari kita serukan blogger’s manifesto kepada pihak yang tidak menghargai hakikat kita sebagai blogger yang menyuarakan kebenaran dan keadilan, bahkan melakukan pressing pada kita (untuk sesama blogger juga)…
Jazakallahu khairan katsirah.
Wassalamu’alaikum warahmatullah wabarakatuh.
Allahu Akbar!!!
link-link terkait tentang mewaspadai bahaya Syi’ah :
manhaj.or.id
hakekat.com
cek & ricek
haulasyi’ah
al-Bayyinat
mumtazanas
harry sufehmi
Assalamualikum
saya mendoakan anda agar tidak memperpanjang dikotomi sunnah – syiah, kenapa anda terlalu mudah untuk mengatakan bahwa syiah itu sesat. Apakah anda sudah mengetahui resiko dari ucapan anda ini. Seberapa jauh anda mengenal mazhab syiah? saudaraku, kalau kalian mesih tetap memusuhi syiah, maka tidak akan ada lagi yang akan membela agama ini.
Saya heran kenapa ada saja orang2 yang seperti anda ini yang selalu memperpanjang masalah ini, jangan lagi suasana timur tengah di bawa sampai kesini. yang tiap hari anda pembunuhan, akibat Perang MAZHAB. saya akan sangat setuju bila anda berdakwah untuk memperbaiki moral bangsa ini, karna itu lebih baik.
sebuah catatan bahwa orang syiah tidak pernah menaruh kebencian kepada saudara seiman, bahkan mereka selalu mengulurkan tali persaudaraan. Ingat saudara, musuh kita yang paling nyata adalah Kebodohan. mari kta bersama2 memeranginya. Akan lebih berguna jika kita mendengarkan nasehat dari mantan menteri agama bapak qurais Shihab atas penadangannya mengenai perbedaan sunni-syiah, karna saya yakin beliau lebih pantas di contohi dari pada saudara. Atau anda sudah lebih merasa pintar dari pada para ulama2 mesir, Universitas Al azhar yang membolehkan umat islam untuk mengamalkan mazhab syiah sebagai mazhab yang bergandeng dan sejajar dengan 4 mazhab sebelumnya. saudaraku akan lebih baik jika kita bersama2 memerangi kemiskinan dan kebodohan.
Saya semakin merasa janggal, bahwa setelah muncul2nya orang2 yang berpahaman takfir, ikhtilaf perbedaan menjadi wilayah yang sangat diperdebatkan, hingga memutuskan silaturahmi..
Mudah2an tanggapan saya menjadikan kita lebih baik dari pada sebelumnya.
Salam warahmatullah
salamualaikum.antum merasa diri ahlu sunnah dari mana.sebaiknya antum bacak membaca dan berdiskusi dengan orng orang syiah
Wah, saya absen sajah yah… 🙂
melu absent lah… 😀
hmmmm…lebih berilmu mana anda dengan syeikh mahmoud syaltut (beneran nggak ya nulisnya ??)
hmm.kok anda menilai bahwa saudara kita yang syiah keliru bahkan salah sehingga harus diluruskan aqidahnya,
sedang syeikh mahmoud syaltut, syeikh Azhar (pimpinan tertinggi Al-Azhar) yang sunni (sunnah wal jamaah)
pernah memfatwakan tentang kebolehan mengikuti syi’ah imamiyah
berikut petikannya (translate)
************************************************************************
Head Office of al-Azhar University:
IN THE NAME OF ALLAH, THE BENEFICENT, THE MERCIFUL
Text of the Verdict (Fatwa) Issued by His Excellency
Shaikh al-Akbar Mahmood Shaltoot,
Head of the al-Azhar University,
on Permissibility of Following “al-Shia al-Imamiyyah”
School of Thought
His Excellency was asked:
Some believe that, for a Muslim to have religiously correct worship and dealing, it is necessary to follow one of the four known schools of thought, whereas, “al-Shia al-Imamiyyah” school of thought is not one of them nor “al-Shia al-Zaidiyyah.” Do your Excellency agree with this opinion, and prohibit following “al-Shia al-Imamiyyah al-Ithna Ashariyyah” school of thought, for example?
His Excellency replied:
1) Islam does not require a Muslim to follow a particular Madh’hab (school of thought). Rather, we say: every Muslim has the right to follow one of the schools of thought which has been correctly narrated and its verdicts have been compiled in its books. And, everyone who is following such Madhahib [schools of thought] can transfer to another school, and there shall be no crime on him for doing so.
2) The Ja’fari school of thought, which is also known as “al-Shia al- Imamiyyah al-Ithna Ashariyyah” (i.e., The Twelver Imami Shi’ites) is a school of thought that is religiously correct to follow in worship as are other Sunni schools of thought.
Muslims must know this, and ought to refrain from unjust prejudice to any particular school of thought, since the religion of Allah and His Divine Law (Shari’ah) was never restricted to a particular school of thought. Their jurists (Mujtahidoon) are accepted by Almighty Allah, and it is permissible to the “non-Mujtahid” to follow them and to accord with their teaching whether in worship (Ibadaat) or transactions (Mu’amilaat).
Signed,
Mahmood Shaltoot.
****************************************************************************
Sumber lain yang mendukung keabsahan fatwa tersebut :
Al-Azhar Shia Fatwa
From Wikipedia, the free encyclopedia (http://en.wikipedia.org/wiki/Al-Azhar_Shia_Fatwa)
The Al-Azhar Shia Fatwa (Arabic: فتوة الأزهر) is an Islamic fatwa issued by the renowned Sunni scholar Shaikh Mahmood Shaltoot.
It is the fruit of a decade-long collaborative effort between a group of Sunni and Shi’a scholars at the Dar al-Taqreeb al-Madhahib al-Islamiyyah theological center at Al-Azhar University in Cairo. The aim of the effort, as the name of the center indicates (it translates as the “center for bringing together the various Islamic schools of thought”), is to bridge the gap between the various Islamic schools of thought, and to foster mutual respect, understanding and appreciation of each school’s contributions to the development of Islamic jurisprudence.[1]
After a long period of discussion, the Fatwa was announced on July 6, 1959. It can be summarized as follows:
1) “Islam does not require a Muslim to follow a particular Madh’hab (school of thought). Rather, we say: every Muslim has the right to follow one of the schools of thought which has been correctly narrated and its verdicts have been compiled in its books. And, everyone who is following such Madhahib [schools of thought] can transfer to another school, and there shall be no crime on him for doing so.”
2) “The Ja’fari school of thought, which is also known as “al-Shia al- Imamiyyah al-Ithna Ashariyyah” (i.e., The Twelver Imami Shi’ites) is a school of thought that is religiously correct to follow in worship as are other Sunni schools of thought.”
Today, both Sunni and Shi’a students study at and graduate from the Al-Azhar University.
Sudahlah saudaraku, jangan sekali lagi menganggap saudara kita yang syiah itu keliru atau bahkan salah. Mari kita pererat tali silaturahmi, Kita tidak punya jalan lain selain hidup bersama secara damai dengan prinsip-prinsip yang sama. Kita hanya akan dapat jaya bila bersatu. Hanya dengan persatuan, menjauhkan diri dari sikap fanatik, memohon kepada Allah, persatuan ulama dan lain-lain, kemenangan dapat diraih.
Hmmm….kenapa postinganku tidak ditampilkan (padahal aku nulis lumayan panjang lho…tidak menghargai jerih payah orang lain) ???
Bila kebenaran telah terbuka, maka jangan ditutup-tutupi…
Aku nulis itu kan sebagai bahan sharing dengan pembaca blog anda yang lainnya, dan biarkan hati mereka yang menilai mana yang benar…
anda takut kalau para saudara kita yang ahlu sunnah wal jamaah bergandengan tangan dengan para saudara kita yang ahlul ba’yt (syi’ah).
hmmm….orang yang berusaha memutus tali silaturahmi dengan saudaranya sesama muslim, maka dialah musuh islam yang sesungguhnya…
hmmm…jangan2 anda ini bukan ahli sunnah wal jamaah, tapi wahabi anteknya zionis yang berkedok ahli sunnah wal jamaah
Assalamu’alaykum wa rahmatullahi wa barakatuh.
Akh Surya yang baik, sebelumnya saya tanya dulu pada antum… kenapa antum tidak mengucapkan salam terlebih dahulu? Bukankah itu adalah syarat utama persaudaraan Muslim?
Afwan, saya tidak segera menampilkan postingan antum karena terjebak di Aksimet. Dan saya tidak ada masalah bahwa Ahlussunnah berteman dengan Syi’ah, karena saya sendiri juga memiliki teman yang Syi’ah.
Tapi tentunya dalam hal aqidah, kami tidak berteman.
Saya hanya membentengi saudara-saudara saya yang masih lemah pemahamannya tentang Syi’ah agar tidak terjerumus, itu saja. Dan upaya itu sudah oleh dilakukan ulama-ulama Ahlussunnah sejak dahulu, bahkan Ali bin Abi Thalib Radiyallahu ‘anhu juga sangat menentang orang-orang Syi’ah, yang bersikap berlebihan padanya… bisa antum lihat pada kisah pengusiran Abdullah ibn Saba’.
Lebih lengkapnya antum pelajari dengan hati yang paling dalam di hakekat.com juga di manhaj.or.id
Kebenaran adalah sesuatu yang datangnya dari Allah azza wa jalla dan Rasul-Nya Shalallahu ‘alaihi wa sallam, yang dijelaskan oleh para ulama salaf (pendahulu kita).
Sekali lagi tentang Wahabi, apakah antum tahu apa Wahabi itu yang sesungguhnya? Fitnah yang dihembuskan oleh pihak-pihak yang tidak ingin kesalahan-kesalahannya dan penyimpangan-penyimpangannya pada agama Islam yang lurus ini tidak terbongkar, bahkan menjelek-jelekkan mereka yang berusaha menunjukkan Islam yang diajarkan oleh Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam…
Kisah ini sebenarnya sudah sangat lama akhy, saat masa-masa progresif-nya dakwah Ahlussunnah wal Jama’ah yang memerangi bid’ah, dan konsekuensinya dianggap “Wahabi” oleh orang-orang yang tidak menerima Islam yang sesuai tuntunan Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam. Kalau antum menganggap Wahabi antek zionis, maka itu adalah fitnah yang sangat besar. Dan apabila difitnah, maka akhlak yang terbaik dari yang dituntunkan oleh Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersama Sahabat radiyallahu ‘anhum adalah berbaik sangka pada mereka dan menjelaskan pada mereka dengan lemah lembut, bukan dengan kekerasan dan kata-kata yang bathil.
Mengenai fatwa Al-Azhar, memang Syi’ah diperbolehkan masuk ke sana untuk belajar bersama. Tapi sistem kurikulum yang diajarkan di Al-Azhar adalah Ahlussunnah wal Jama’ah. Antum bisa membacanya di Al Azhar University, Cairo. Di situ bisa antum lihat siapa afiliasi dari Al Azhar University, meskipun mereka sangat Ikhwanul Muslimin. Itu juga didapat dari obrolan santai saya lewat IM dengan Akh Adi yang lulusan Ushuluddin Al Azhar, di sini blognya Akh Adi yang sempat menyelami kehidupan di Kairo.
Akhir kata, barakallahu fiykum, akh Surya.
Janganlah antum berhenti belajar hingga di sini saja, saya temani antum untuk belajar agama Islam bersama pemahaman yang haq esok dan esok lagi…
Karena menuntut ilmu adalah kewajiban bagi setiap Muslim.
Jazakallahu khoir sudah menyempatkan diri untuk berbagi di forum ini.
Afwan kalau sempat tertunda membalas komennya…
P.S. : Referensi lain bisa antum baca di highlight link-link pada postingan saya di atas. Postingan yang saya tulis di atas adalah sebagai referensi dari para ulama Ahlussunnah, yang digabung dengan logika saya.
Banyak sekali tanggapan, mungkin cukup kita lihat saja, bagaimana pendapat ulama salaf terdahulu, saya yakin lebih berilmu dibandingkan dengan ulama sekarang.
Al-Imam Malik ketika ditanya tentang mereka beliau berkata: “Jangan kamu berbincang dengan mereka dan jangan pula meriwayatkan dari mereka, karena sungguh mereka itu selalu berdusta.” (Mizanul I’tidal, 2/27-28, karya Al-Imam Adz-Dzahabi)
Al-Imam Asy-Syafi’i berkata: “Aku belum pernah tahu ada yang melebihi Rafidhah dalam persaksian palsu.” (Mizanul I’tidal, 2/27-28, karya Al-Imam Adz-Dzahabi)
Al-Imam Ahmad bin Hanbal berkata: “Aku tidak melihat dia (orang yang mencela Abu Bakr, ‘Umar, dan ‘Aisyah) itu orang Islam.” (As-Sunnah, 1/493, karya Al-Khallal)
Silahkan lengkapnya disini : http://kilasanku.wordpress.com/2008/10/29/perkataan-ulama-tentang-syi%E2%80%99ah-rafidhah/
Agar tidak semua orang berpendapat, kita harus menjaga persatuan, menghormati, dll, pertanyaannya, apakah para ulama tersebut membenci persatuan?? Tidak menghormati??.
Padahal Imam Ali sendiri menumpas kaum khawarij, padahal secara status mereka muslim tapi aqidah mereka menyimpang.
Apakah Imam Ali tidak menyukai persatuan?? Persatuan yang hakiki itu adalah diatas Aqidah yang satu bukan persatuan semu.
“Katakanlah: ‘Apakah akan Kami beritahukan kepadamu tentang orang-orang yang paling merugi perbuatannya? Yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedangkan mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya.” (QS Al Kahfi: 503-104)
“Artinya: Dan bahwa (yang kami perintahkan) ini adalah jalanKu yang lurus, maka ikutilah dia ; dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain)” [Al-An’am: 153]
Terakhir, bahwa berdakwah, menyampaikan yang haq adalah perbuatan yang mulia. Tidak ada kecelaan didalamnya, malah termasuk bagian dari jihad.
“Dan siapakah yang lebih baik perkataannya ketimbang orang yang menyeru ke jalan Allah, mengarjakan amal shalih, dan berkata, ‘Aku temasuk orang-orang yang berserah diri ‘? (QS Fushshilat, 41:33).
Baru kemarin malam, entah kenapa otak saya berpikir apasih bedanya Syi’ah dan sunni? *sebelumnya nggak mikir*
ternyata Allah mengarahkan saya ke sini. Makasih ya akh Ghani atas infonya, bakal saya pakai untuk referensi diskusi.
Oh itu toh alasan akh Ghani gak suka PH
Wa iyyakum.
Di Denpasar katanya ada masjid Syi’ah juga ya? Di daerah Ahmad Yani.
Ternyata seru juga yah… bicara soal perbedaan suni-syiah. Tidak seseru sebagaimana yang saya hadapi di lapangan. Berhubung saya ini orang yang sangat awam dalam masalah Islam, yaaa… sebatas sebagai penganut saja. Tapi, yang disebut sebagai pengikut Islam karena keturunan juga rasanya tidak enak. Sedikit-sedikit juga coba saya pelajari. Sepemahaman saya sampai saat ini sih, suni maupun syiah sama-sama benarnya, kecuali diluar yang dua mazhab ini saya tidak pernah bergeming untuk terpengaruh. Kedua mazhab ini mengasyikan buat saya. Mungkin karena pendekatan saya terhadap kedua mazhab ini melalui bapak2 ustadz yang memang jauh dari pembicaraan yang ada di postingan ini. Wallahualam. Selamat berjuang untuk saudara2 dan termasuk saya sendiri untuk tidak berhenti mencari jalan dan menuju jalan yang lurus. Di akhir hayat nanti toh… urusan kita dengan Allah Subhanahu wa ta’ala (-edited, jangan disingkat ya) masing2.
InsyaAllah jalan yang terang dan lurus sudah diutarakan dan dibahas secara panjang lebar dalam postingan ini, akhy. Untuk menyadarkan kekeliruan saudara kita yang salah jalan… bukankah itu lebih baik daripada tersesat atau malah menyesatkan?